Huruf kana adalah huruf-huruf dasar yang membentuk bahasa Jepang. Terdapat dua jenis huruf kana yang umum dipakai, yakni: Hiragana dan Katakana.
Huruf kana memiliki kekhasan sebagai berikut:
- Satu karakter mewakili satu suku bunyi Setiap suku bunyi, e.g. “ha”, “wa”, “ga”, dan sebagainya, diwakili menggunakan satu huruf. Kita akan menyebut huruf-huruf ini sebagai huruf “wa”, huruf “ga”, huruf “ha”, dan seterusnya. Pengecualian: huruf “n”. Huruf kana “n” adalah satu-satunya yang tidak memiliki bunyi vokal.
- Tidak semua suku bunyi dicakup oleh huruf kana tradisional Ini adalah hal terpenting yang perlu Anda ingat. Terdapat beberapa suku bunyi yang tidak dicakup oleh huruf kana tradisional, di antaranya
yi, ye, wu, ti, tu ; semua ejaan yang mengandung huruf “L” ; semua ejaan yang mengandung huruf “V” *) huruf “ye” aslinya terdapat di ejaan kuno, tapi kini sudah tak digunakanMeskipun begitu, beberapa huruf katakana modern telah ditambahkan untuk mencakup suku-suku bunyi tersebut, walaupun tidak sepenuhnya sempurna. Lebih lanjut bisa dibaca di tulisan bagian 2.
Nah, dua hal di atas adalah rule of thumb dalam membaca dan mempelajari huruf kana. Setelah memahami petunjuk tersebut, maka kita siap untuk melangkah lebih lanjut.
Huruf Hiragana
Huruf Hiragana adalah huruf paling dasar dalam bahasa Jepang. Huruf ini memiliki tiga kegunaan utama, yakni:
- (a) membentuk imbuhan dalam kalimat (disebut “okurigana”) (b) menjelaskan bacaan kanji (disebut “furigana”) (c) menuliskan partikel dan honorific
Ketentuan Menulis Hiragana
Dalam menulis hiragana, terdapat tiga aturan utama, yakni:
- Pertama-tama, susun huruf untuk membentuk kata yang diinginkan (sudah jelas)
- Konsonan tebal diwakili oleh huruf ‘tsu’ kecil Contoh:
- Vokal panjang ditulis dengan menambahkan huruf terkait Contoh:
- はっきり = (ha)(tsu)(ki)(ri) = hakkiri
- おかあさん = (o)(ka)(a)(sa)(n) = okaa-san
Kapan Memakai Hiragana?
Sebagaimana sudah disebut sebelumnya, terdapat tiga jenis pemakaian huruf hiragana dalam bahasa Jepang. Sekarang kita akan lihat bagaimana huruf-huruf tersebut dipakai.
(a) Sebagai Okurigana
Okurigana bisa dibilang sebagai imbuhan/tambahan yang melekat pada dalam sebuah kata bahasa Jepang. Kata yang ditempeli oleh okurigana adalah pokok perhatian — kata ini biasanya ditulis dengan huruf kanji.
Misalnya contoh berikut:
[JAP] 愛するPada contoh di atas, kanji untuk “ai” (愛 ; “love”) diikuti oleh hiragana “suru” (する ; “to do”). Di sini “suru” berperan sebagai imbuhan pembentuk kata kerja, sehingga hasil akhirnya adalah “aisuru” = “to love”.
[JAP] aisuru
[ENG] “to love”
Maka, okurigana-nya adalah する (“suru”).
Contoh yang lain…
[JAP] 白いDi awal mula hanya terdapat kanji 白 (“shiro”), yang berarti “warna putih” (noun). Meskipun demikian, hiragana “i” menjadi imbuhan pembentuk kata sifat — sehingga hasil akhirnya adalah “shiroi” = “berwarna putih”.
[JAP] shiroi
[ENG] “white” (adj.)”, “white-colored”
Dengan demikian, okurigana bisa dibilang sebagai imbuhan pembentuk kelas kata di bahasa Jepang. Mulai dari kata kerja, kata sifat, hingga tenses, semuanya diindikasikan oleh okurigana yang dipakai.
(b) Sebagai Furigana
Furigana adalah petunjuk bagaimana cara membaca suatu kanji. Pada umumnya, sebuah kanji (atau banyak kanji) memiliki lebih dari satu cara pembacaan.
Misalnya kanji berikut:
古谷Lalu, bagaimana dong? Kalau misalnya saya jadi guru, dan harus mengabsen murid, tentunya saya tak bisa ambil resiko salah sebut. (masa “Furuya” jadi “Furutani” ?)
Ini adalah nama keluarga. Bisa dibaca sebagai: Furuya, Furutani, atau Kotani
(mengenai kenapa ini bisa terjadi, kapan-kapan akan saya bahas di tulisan tersendiri tentang Kanji)
Nah, untuk menyelesaikan masalah ini, dibuatlah sistem penulisan furigana. Nama dengan kanji ditulis dengan ukuran normal — sedangkan hiragana ditulis berukuran kecil sebagai pembantu.
Meskipun demikian, terdapat juga penggunaan furigana yang bukan untuk nama. Biasanya teknik ini dipakai di buku pelajaran bahasa Jepang, komik-komik (manga), atau panduan wisata.
Ternyata kanji tersebut dibaca “Furuya”, bukannya “Furutani” atau “Kotani”
Contoh:
Furigana di atas menjelaskan bahwa kalimat tersebut berbunyi: “nihongo ga suki”
(= saya suka bahasa Jepang)
(c) Menuliskan partikel dan honorific
Semua partikel dalam bahasa Jepang ditulis menggunakan hiragana. Di sisi lain, terdapat juga beberapa honorific (sebutan perorangan) yang ditulis menggunakan hiragana, misalnya -kun, -san, -chan, dan -tan.
Meskipun demikian honorific yang lebih formal umumnya ditulis dengan menggunakan kanji — bukan hiragana. Misalnya -dono (殿), -sama (様), dan -sensei (先生).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar